Selasa, 15 Maret 2011

Punyaa saya. . . (Tulisan1)

KENAIKAN HARGA DAN DAMPAK NYA BAGI PRODUSEN

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, dan akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Berdasarkan tingkat keparahannya, Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu
>> Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
>> Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga antara 10%—30% setahun
>> Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga antara 30%—100% setahun
>> Inflasi tak terkendali ( hiperinflasi ), terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
>> inflasi yang berasal dari dalam negeri (terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal).
>> inflasi yang berasal dari luar negeri (terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang).

Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, Inflasi di bagi :
>> Inflasi tertutup (Closed Inflation)
Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu.
>> Inflasi terbuka (Open Inflation)
Jika kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum.
>> Inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi)
Jika kenaikan harga terjadi apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan desakan (tekanan) produksi dan atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor, yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government), seperti regulasi, kebijakan pembangunan infrastruktur, kbijakan fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), dll.

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation), terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Sedangkan Inflasi desakan biaya (cost push inflation), terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.
Inflasi dapat diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
• Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yan mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
• Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
• Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi.
• Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
• Indeks harga barang-barang modal
• Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

Dampak Inflasi Bagi Produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Contoh gambar pengusaha tempe dengan produksinya



Misalkan saja, Keadaan yang terjadi pada produsen atau pengrajin tempe dan tahu di Indonesia beberapa waktu yang lalu. Pada saat krisis komoditas kedelai di Negara ini terjadi menimpa hampir seluruh produsen tempe dan tahu. Produksi kedelai tiba-tiba menurun drastis. Impor kedelai pun malah mengalami kenaikan harga. Produktivitas kedelai lokal rendah, para petani kedelai pun tak semangat menanam kedelai karena tak ada perlindungan dalam perdagangan di dalam negeri. Sementara itu, tawaran impor begitu menggiurkan. Ini membuat para produsen seakan tergopoh-gopoh untuk menghadapi dan menyiasati kegiatan produksi usahanya masing-masing. Melonjaknya harga kedelai ini mengakibatkan produksi tempe dan tahu mengalami penurunan karena harga bahan baku yang sudah tidak terjangkau lagi. Kenaikan harga itupun tidak hanya terjadi pada kedelai lokal, namun kedelai impor pun turut naik. Dengan semua yang terjadi, para produsen memutar otak untuk tetap dapat menghasilkan produksinya. Salah satunya dengan mengurangi jumlah produksi tempe dan tahu nya. Bagi mereka, meski harga bahan baku melambung tinggi, namun mereka tidak berani menaikkan harga tempe dan tahu nya karena takut kehilangan para pelanggan. Atau bahkan untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar, mereka sampai memperkecil ukuran tempe dan tahu yang di jual. Namun untungnya, para pelanggan mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Para pelanggan atau konsumen dapat mengerti dengan permasalahan produsen. Di sisi lain, beberapa produsen tempe dan tahu yang masih termasuk pengusaha kecil mengambil tindakan lain, yakni mengurangi pegawai mereka untuk kegiatan produksinya, dalam hal ini pemecatan beberapa pegawai. Ini di lakukan Karen produsen tersebut sudah tidak mampu lagi untuk membayar gaji pegawainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar